Senin, 07 Desember 2009

akibat global warming

Dalam film ‘The Day After Tomorrow’ bumi tercengkeram es hanya dalam kurun waktu beberapa minggu saja. Sekarang penelitian menunjukkan peristiwa menakutkan seperti itu mungkin memang pernah terjadi di masa lalu.

Untuk ke depan, tidak ada alasan peristiwa bumi membeku seperti itu terjadi lagi. Ironisnya hal itu bisa dipercepat jika perubahan iklim yang sedang berlangsung memaksa lapisan es di Greenland tiba-tiba mencair.

Sekitar 12.800 tahun yang lalu, Hemisphere Utara pernah dicekam hawa dingin yang berlangsung selama sekitar 1.300 tahun. Para ilmuwan menyebut masa itu sebagai Younger Dryas dan dijuluki "Big Freeze".

Bukti-bukti geologis menunjukkan hawa itu dibawa saat gelombang air tawar yang volumenya lebih besar daripada semua Amerika Utara dikombinasikan Great Lakes, dituangkan ke Atlantik dan Samudra Arktik.

Masuknya air secara mendadak ini, disebabkan oleh danau glasial Agassiz di Amerika Utara yang meluap akibat diencerkan oleh sirkulasi air hangat di Atlantik Utara. Tanpa pengaruh pemanasan, bukti-bukti menunjukkan bahwa suhu di belahan bumi utara anjlok.

Bukti sebelumnya dari sampel es di Greenland menunjukkan perubahan iklim secara mendadak ini terjadi selama rentang satu dekade atau lebih. Tapi sekarang peneliti mengatakan terkejut karena kemungkinan terjadi hanya dalam beberapa bulan atau paling lama dua tahun.

"Sistem iklim yang dapat hidup dan mati secepat itu adalah hal yang sangat penting," kata ilmuwan sistem bumi Henry Mullins di Syracuse University. "Begitu titik tercapai, tidak ada kesempatan bagi manusia untuk bereaksi," katanya.

Selama dua tahun, pakar biogeokemistri isotop William Patterson di University of Saskatchewan di Kanada dan rekan-rekannya menyelidiki sebuah inti lumpur yang diambil dari danau kuno Lough Monreach di Irlandia.

Karena endapan sedimen itu terbentuk perlahan-lahan dari waktu ke waktu, setiap lapisan inti mewakili sebuah sejarah. Lapisan dengan tebal hanya setengah milimeter itu menampilkan satu sampai tiga bulan.

"Pada dasarnya, aku berkeliling di Irlandia barat mencari kondisi yang tepat, bebatuan, vegetasi dan danau, untuk mendapatkan catatan paling lengkap tentang iklim," kata Patterson menjelaskan.

Dengan melihat isotop karbon di setiap irisan, para peneliti dapat menyimpulkan seberapa produktif danau itu. Ketika tanaman tumbuh di danau, mereka menyebut karbon 12 yang membentuk jaringan organik.

Pada saat yang sama, isotop oksigen memberikan gambaran suhu. Ketika hewan atau tanaman menghasilkan kalsium karbonat, rasio oksigen 16 dan oksigen 18 dalam isotop berhubungan dengan suhu.

Pada permulaan Younger Dryas, Patterson dan rekan-rekannya menemukan suhu dan produktivitas danau menurun selama beberapa tahun. "Itu seperti Irlandia hari ini dan bergerak ke atas Lingkaran Kutub Utara, menciptakan kondisi tidak beres dalam waktu yang sangat singkat," tambah Patterson.

Temuan mereka juga mengatakan bahwa hal itu mungkin terjadi 100-200 tahun sebelum danau dan iklim pulih, dan bukan berdekade atau lebih. Untuk ke depan, Patterson mengatakan tidak ada alasan pembekuan besar-besaran boleh terjadi lagi. "Jika lapisan es Greenland mencair tiba-tiba itu akan menjadi bencana," katanya.

Skenario semacam ini tidak akan mengurangi bukti yang merujuk ke arah pemanasan global. "Kita dapat mengatakan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan pendinginan yang dramatis," kata Patterson.

Patterson dan rekan-rekannya mengungkapkan secara rinci temuan-temuan mereka di European Science Foundation BOREAS Conference on Humans in the Arctic, yang berlangsung di Rovaniemi Finlandia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar